UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
TUGAS
Uji Pyrogen
Kelompok VI
Nurul Inayah
Ika Rahayu Pertiwi
Sri Hasvira Samsul Bahri
Hijriah Rhamli
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak zaman
purbakala, demam telah dikenal sebagai tanda utama penyakit,tetapi
pengertian tentang patofisiologi demam tergolong relatif masih baru. Substansiyang dapat menimbulkan demam disebut pirogen. Ada
dua macam pirogen, yaitu pirogen endogen yang dibentuk oleh sel-sel
tubuh sebagai respons terhadap stimulusdari
luar (misal: toksin), dan pirogen eksogen yang berasal dari luar tubuh. Pada1948, dr. Paul Beeson menemukan bahwa demam timbul
karena adanya produk sel peradangan hospes yang merupakan pirogen
endogen. Belakangan ini, terbukti bahwa fagosit
mononuklear merupakan sumber utama pirogen endogen dan bahwa bermacam-macam produk sel mononuklear dapat
menjadi mediator timbulnyademam.Dewasa
ini diduga bahwa pirogen adalah suatu protein yang identik denganinterleukin-1.
Di dalam hipotalamus zat ini merangsang penglepasan asam arakidonatserta mengakibatkan peningkatan sintesis
Prostaglandin E2 yang langsung dapatmenyebabkan suatu pireks.
Pembuatan
air untuk obat suntik harus menggunkan cara-cara yang sesuai untuk
menghilangkan pirogen dari produknya. Karena pirogen adalah senyawa organic,
maka satu cara yang lebih umum dalam memudahkan pemusnahan pirogen adalah
dengan mengoksidasi pirogen menjadi gas yang mudah dibuang atau menjadi padatan
yag tidak mudah menguap, keduanya dapat dipisahkan dengan mudah dari air dengan
penyulingan bertingkat. Kalium permanganate adalah zat pengoksid yang biasa
dipakai, efisiensinya akan ditingkatkan oleh penambhansejumlah kecil barium
hidroksida yang menyebabkan larutan bersifat basa dan membentuk garam-garam
barium yang tidak mudah menguap, dengan senyawa-senyawa asam yang ada. Kedua
pereaksi ini ditambahkan ke air yang sebelumnya telah disuling beberapa lama,
dan proses penyulingan dilindungi lagi, hasil pelindungan yang bebas dari zat
kimia ditampung dengan kondisi yang benar-benar aseptis. Bila cara ini diikuti
dengan tepat, metode ini menghasilkan air yang kemurniannya tinggi, steril, dan
bebas pirogen. Akan tetapi, pada setiap keadaan uji pirogen yang ditentukan
harus dilakukan untuk menjamin tidak adanya senyawa-senyawa yang menimbulkan
demam.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Definisi Pyrogen (Hijriah Rhamli)
Pirogenes didefinisikan
sebagai produk metabolisme mikroorganisme hidup, atau mikroorganisme
mati menyebabkan respon spesifi khusus pada
injeksi.
Mereka terjadi dimanapun mikroorganisme
yang diizinkan untuk tumbuh. Terlepas
dari sumber mikroba, mereka tampaknya
memiliki sifat yang mirip. Pada kimia, mereka dianggap sebagai
lipopolisakarida, larut dalam air tapi tidak larut dalam pelarut organic. Mereka dapat
menjadi padatan
makromolekul filterable dengan berat molekul dilaporkan serendah 15.000 atau
setinggi 4 juta. Karena mereka larut dalam air, baik sterilisasi dengan panas lembab di bawah tekanan atau filtrasi melalui
filter sterilisasi untuk
menghilangkan pirogen, walaupun proses ini menghilangkan mikroorganisme hidup.
Pirogen yang dihasilkan oleh mikroorganisme gram negatif
yang paling ampuh.
Pirogen ekstrak kering tampaknya stabil
selama jangka waktu yang lama, bahkan larutan pyrogenic
kehilangan sedikit aktivitas mereka selama bertahun-tahun.
(SDF, 1974)
B. Efek Farmakologi (Sri Hasvira Samsul Bahri)
Pengaruh pemberian
pirogen bervariasi tidak hanya dengan sumber mikrobial dari
pirogen tetapi juga dengan spesies hewan yang menerima
suntikan.
Kelinci yang paling sensitif terhadap pirogen, dan untuk alasan ini telah digunakan sebagai hewan uji dalam tes resmi
untuk mendeteksi pirogen.
(SDF, 1974)
Jenis lain dalam penanggulangan pirogen adalah cara pemberian dan
volume larutan yang diberikan. Pirogen mengasumsikan kepentingan
yang lebih besar dalam pemberian
obat secara intravena dari pada
pemberian secara subcutaneus atau intramuskular.
Hal ini
disebabkan tidak hanya
untuk rute pemberian tetapi juga kenyataan bahwa volume yang lebih besar diberikan secara intravena daripada rute lainnya.
(SDF, 1974)
Pada manusia reaksi pyrogenic dimanifestasikan
dengan demam dan menggigil.
Setelah di injeksikan
sekitar 45-90 menit, kemudian terjadi kenaikan suhu
tubuh, diikuti dengan menggigil,
sakit kepala dan malaise. Dingin berlangsung 10 sampai 20 menit dan mencapai puncaknya pada jam kedua atau ketiga. Biasanya efeknya dapat dikontrol dengan pemberian obat antypiretic, tetapi dapat dibayangkan bahwa kenaikan suhu pada pasien yang sakit dapat memiliki konsekuensi yang parah pada penyakitnya.(SDF,
1974)
Ketika pirogen memang terjadi dalam produk parenteral, mereka datang dari
salah satu dari tiga sumber: air yang digunakan sebagai pelarut, wadah dengan
larutan yang telah datang ke contac selama persiapan, pengemasan, penyimpanan,
atau administrasi, atau bahan kimia yang digunakan dalam persiapan dari larutan.(SDF,
1974)
C. Uji Pirogen (Nurul Inayah)
Untuk mendukung fakta bahwa larutan parenteral, perangkat serta untuk administrasi mereka, bebas dari jumlah kontaminan berbahaya dari pyrogenic, Sampel diambil dari setiap batch produksi dikenakan tes resmi untuk pirogen. Tes ini adalah tes biologis menggunakan kelinci sebagai hewan uji, karena kelinci sangat sensitif terhadap pirogen. (SDF,
1974)
Uji pirogen menggunakan kelinci sehat yang
telah dijaga dalam keadaan lingkunagan dan makanan yang tepat sebelum dilakukan
uji. Temperature normal atau temperature control diukur untuk tiap hewan yang
akan digunakan. Temperatur ini digunakan sebagai dasar penentuan setiap
kenaikan temperature yang ditimbulakan akibat dari penyuntikan larutan yang
akan diuji. Kelinci-kelinci yang digunakan temperaturnya tidak boleh berbeda
lebih dari 1o, satu dengan yang lainnya, dan temperature tubuh
tersebut diperkirakan tidak akan meningkat. Ringkasan prosedur uji tersebut
adalah sebagai berikut : (Ansel, 1989)
Jadikanlah alat suntik, jarum dan alat gelas
bebas pirogen dengan cara memanaskan pada temperature 250oC selama
tidak kurang dari 30 menit atau dengan cara lain yang sesuai. Hangatkan produk
yang akan diuji sampai temperature 37oC ± 2oC. (Ansel,
1989)
Suntikkan produk yang akan diuji pada vena
telinga setiap kelinci sebanyak 10 ml per kg berat badan, selesaikan tiap
suntikan dalam waktu 10 menit dihitung dari awal pemberian. Catat temperature
pada 1,2, dan 3 jam sesudah penyuntikan. Bila masing-masing kelinci tidak ada
ynag temperaturnya meningkat 0,6oC atau lebih dari temperature
control masing-masing, dan jika hasil penjumlahan kenaikan temperature dari 3
kelinci tidak lebih dari 1,4oC. Maka zat yang diuji memenuhi
persyaratan bebas pirogen. Jika kelinci-kelinci menunjukkan kenaikan temperature
0,6oC atau lebih atau hasil penjumlahan kenaikan temperature 3
kelinci lebih dari 1,4oC, ulangi dengan menggunakan 5 kelinci lain.
Jika tidak lebih dari 3 dari 8 kelinci, masing-masing menunjukkan kenaikan
temperature 0,6oC atau lebih dan jumlah kenaikan temperature 8
kelinci tidak lebih dari 3,7oC, maka larutan memenuhi ppersyaratan
bebas pirogen. (Ansel. 1989)
Baru-baru ini telah ditemui bahwa ekstrak sel
darah ketam sepatu kuda (Limulus
polyphemus) mengandung system enzim dan protein yang menggumpal bila ada
liposakarida dalam jumlah kecil. Penemuan ini, merangsang perkembanga uji Limulus amebocyte lysate (LAL) untuk
mengetahui adanya pirogen dalam kerja penelitian dan pengawasan selama proses
berlangsung. Usulan-usulan untuk uji produk akhir obat dengan LAL sedang
dipertimbangkan oleh FDA. (Ansel, 1989)
Uji LAL adalah metode spesifik untuk bakteri
endotoksin, hanya untuk pirogen yang signifikan pada kebanyakan pabrik
farmasetikal dan peralatan medis. Test didasarkan pada mekanisme primitive
penggumpalan darah dari kepiting seperti Kuda Amerika (Limulus polyphemus). Berberapa
enzim diletakkan pada sel darah amoeba kepiting yang dipicuh oleh endotoksin
perpanjangan koagulasi enzimatik yang di akhiri dengan produksi di gel
protenose. (Pharmaceutical Practice, 1990)
Test harus dihindarkan dari kontaminasi
antimikroba sebelum dihindarkan, test ini penting untuk memastikan bahwa tidak
ada factor campuran dalam sediaan, peralatan tidak menyerap endotoksin (seperti
pada beberapa plastic) dan sensitifitas dari lisat diketahui. (Pharmaceutical
Practice, 1990)
Reagen test LAL disediakan dengan lyopilisasi
sel di mubasit limulus. Volume setara reagen LAL dan larutan test (0,1 mikron
per masing-masing)dicampurkan dalam gelas tube test elipirogenasi. Tube
diinkubasikan pada suhu 37oC selama 1 jam, setelah test wadah
dibaca. Tube diambil dari incubator dan diubah. Bekuan oleh yang rusak
mengandung energy padatan merupakan factor dari test positif. Ketika digunakan
pada bagian ini bekuan gel uji awalnya, melewati test kegagalan dibatasi dan
reagen sensitive LAL. (Pharmaceutical Practice, 1990)
Test LAL tambahan test ini dapat digunakan
dalam laboratorium farmaseutikal. Test ini spesifik untuk endotoksin gram
negative, dimana test pirogen kelinci sensitive untuk semua pirogen endotoksin
dan sumber lain disbanding gram negative. (Pharmaceutical Practice, 1990)
D. Eliminasi (Penghilangan) Pirogen (Ika
Rahayu Pertiwi)
Menjadi senyawa organik, pirogen dapat dihancurkan dengan panas tinggi yaitu oksidasi atau membakar pada suhu tinggi 250oC selama 30 sampai 45 menit atau 170o-180oC selama 3 sampai 4 jam. Meskipun metode ini efektif untuk pirogen mencemari gelas dan kontainer logam, tidak praktis untuk larutan. Pirogen dalam larutan dieliminasi kimia oleh oksidasi dengan peroksida, asam, bahan kimia lain dalam larutan. Penyerapan pirogen dalam larutan oleh asbes dan arang juga telah dilaporkan efektif, tetapi obat dan bahan kimia lainnya dalam larutan juga sebagian atau seluruhnya diubah.
(SDF, 1974)
Absorpsi dari pyrogen dalam
larutan oleh asbes dan arang juga melaporkan efektif, tapi beberapa obat dan
bahan kimia lain dalam larutan juga partikel atau komplikasi lengkap. Berat
molekul yang mempunyai perbandingan puncak yang relative agar beberapa obat
dalam larutan, media filter sintetik mungkin memberikan cara untuk
menghilangkan pirogen dalam larutan. Pada pemberian, bagaimanapun, media tidak
dapat memberikan cara praktis untuk eliminasi pirogen dari kontaminasi larutan
parenteral. Cara yang baik, maksud dari praktis adalah mencegah terjadinya larutan
parenteral dibuat dari bahan kimia bebas pirogen. Air untuk injeksi, dan
equipmen bebas pirogen dan wadah. (SDF, 1974)
BAB III
PEMBAHASAN
Pirogen adalah senyawa organic
yang menyebabkan demam, berasal dari pencemaran mikroba dan bertanggung jawab
untuk banyak reaksi febril yang timbul pada penderita sesudah penyuntikan.
Diduga, materi penyebab demam ini adalah lipopolisakarida dari dinding luar sel
bakteri. Karena materi ini tahan panas, maka akan tetap ada dalam air, bahkan
sesudah disterilkan dengan autoklaf atau penyaring bakteri.
Pada manusia reaksi pyrogenic
dimanifestasikan dengan demam dan menggigil. Setelah di injeksikan sekitar 45-90 menit, kemudian terjadi kenaikan suhu
tubuh, diikuti dengan menggigil,
sakit kepala dan malaise. Dingin berlangsung 10 sampai 20 menit dan mencapai puncaknya pada jam kedua atau ketiga. Biasanya efeknya dapat dikontrol dengan pemberian obat antypiretic, tetapi dapat dibayangkan bahwa kenaikan suhu pada pasien yang sakit dapat memiliki konsekuensi yang parah pada penyakitnya.
Ketika pirogen memang terjadi dalam produk parenteral, mereka datang dari
salah satu dari tiga sumber:
a.
Air yang digunakan sebagai pelarut
b.
Wadah dengan larutan yang telah datang ke contac selama persiapan,
pengemasan, penyimpanan, atau administrasi
c.
Bahan kimia yang digunakan dalam persiapan dari larutan
Ada 2
metode pengujian pyrogen, yaitu :
1. Uji
pyrogen menggunakan kelinci
- Uji pyrogen dengan Limulus amebocyte lysate (LAL)
Menjadi senyawa organik, pirogen dapat dihancurkan dengan panas tinggi yaitu oksidasi atau membakar pada suhu tinggi 250oC selama 30 sampai 45 menit atau 170o-180oC selama 3 sampai 4 jam. Meskipun metode ini efektif untuk pirogen mencemari gelas dan kontainer logam, tidak praktis untuk larutan. Pirogen dalam larutan dieliminasi kimia oleh oksidasi dengan peroksida, asam, bahan kimia lain dalam larutan.
BAB
IV
KESIMPULAN
1.
Pirogen adalah senyawa organic yang menyebabkan
demam, materi penyebab demam ini adalah lipopolisakarida dari dinding luar sel
bakteri.
2.
Sumber-sumber pirogen
a.
Air yang digunakan sebagai pelarut
b.
Wadah dengan larutan yang telah datang ke contac selama persiapan,
pengemasan, penyimpanan, atau administrasi
c.
Bahan kimia yang digunakan dalam persiapan dari larutan
d.
Metode uji pirogen
a.
Uji pyrogen menggunakan kelinci
- Uji pyrogen dengan Limulus amebocyte lysate (LAL)
DAFTAR
PUSTAKA
Ansel,
Howard C. 1989. “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”. Penerbit UI Press : Jakarta
Aulton,
Michael. 1990. “ Pharmaceutical Practice”. Oritic Livingston : London, New York
Turco,
Salvatore dan Robert E. 1974. “Sterile Dosage Forms”. Published in
Great Britain by Henry Kimpton Publishers : London