Selasa, 17 April 2012

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR


TUGAS
Obat Asli Indonesia
Chataranthus roseus Digunakan dalam Pengobatan Diabetes Mellitus


Oleh      :

NAMA                            : NURUL INAYAH
STAMBUK                     : 150 209 112
KELAS/KELOMPOK    : W_2 “09”/LIMA (V)


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2011

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
          Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolism kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolism karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pancreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin.
          Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut. Penyakit diabetes terdapat pada sekitar 1% wanita usia reproduksi dan 1–2% diantaranya akan menderita diabetes gestasional.
          Tentunya banyak sekali jenis pengobatan diabetes mellitus, tetapi tidak dipungkiri bahwa pengobatan tersebut apakah cocok dengan daya tahan tubuh kita ? Mungkin ada yang cocok dan ada pula yang tidak.
Diabetes menjadi salah satu penyakit yang menjadi momok didunia saat ini, karena itu para ahli terus mengembangkan berbagai macam metode pengobatan, salah satunya adalah penggunaan bahan –bahan alam atau herbal  yang menjadi trend saat ini . Berikut  beberapa tanaman obat atau herbal untuk mengobati diabetes, antara lain : tapak dara, brotowali, pare, kulit manggis dan lain-lain.














BAB II
PEMBAHASAN
A. Tapak dara (Chatarantus roseus) sebagai Obat Diabetes Mellitus
Tanaman ini mempunyai reputasi sebagai obat tradisional penyakit diabetes, tetapi kemudian khasiat ini tidak dapat dibuktikan, bahkan peneliti Kanada (1955-1960) menemukan bahwa ekstrak daunnya menyebabkan leukopenia pada tikus. Pengamatan ini memberi inspirasi kepada peneliti di Eli Lilly and Company untuk menyelidiki tanaman ini secara intensif khususnya khasiat dari isolasinya untuk terapi kanker. Dari usaha ini, ditemukan 6 alkaloid yang sekarang telah diperdagangkan.
Catahranthus adalah contoh tanaman yang diperkenalkan ke dalam dunia kedokteran melalui senyawa murni yang diisolasi dan bukan sediaan galeniknya. Selain dari daun, dari akarnya pun telah berhasil diisolasi 90 jenis alkaloid indol beberapa diantaranya seperti ajmalisin, loknerin, serpentin dan tetrahidroalstonin, yang ditemukan di dalam genus lain tetapi masih dalam suku yang sama. Yang sangat menarik adalah ada segolongan alkaloid dimer yang mempunyai aktivitas antineoplastik diantaranya leurokristin (Vinkristin=LC) dan vinkaleukoblastin (vinblastin). Vinblastin tersusun dari komponen alkaloid indol katarantin dan alkaolid dihidroindol vindolin. Keduanya terdapat bebas diantara tanaman. Karena alkaloid tersebut dibutuhkan untuk pengobatan, akhirnya diproduksi secara komersial. Contoh obat yang memanfaatkan alkaloid Catharanthus roseus yaitu Velban® (Vinkristin sulfat) dan Oncovin® (Vindesin). Dan juga ditemukan jenis alkaloid lain yang berbentuk metal ester dari asam karboksilat aspidos-permidin, dikenal dengan vindolin. Kandungan kimia ini, didapatkan mampu menurunkan kadar gula dalam darah.
B.  Simplisia
Simplisia tapak dara yang digunakan untuk pengobatan Diabetes Mellitus adalah daunnya baik dalam bentuk yang sudah kering, maupun yang mesih segar. Daun tapak dara direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih dan menyisakan 2 gelas.
C.  Ekstrak
Catharanthus roseus adalah contoh tanaman obat yang baru diperkenalkan beberapa tahun terakhir dan biasa digunakan untuk isolasi substansi murni daripada preparat galenik. Ekstraksi sampel Catharantus roseus dengan 90 aquaeous metanol menghasilkan ekstrak kotor yang mengandung 70 % campuran vinblastin, leurosin, dan leurokristin yang lebih cepat dimurnikan dengan kristalisasi garam sulfat dalam etanol dan akhirnya konstituen-konstituen dipisahkan secara kromatografi. 100 kg bahan kering diekstraksi dengan 1400 l.90 aquaeous metanol, ekstrak dikonsentrasikan hingga 140-50 l, diasamkan dengan H2SO4 hingga pH 2, disaring, diekstraksi dengan C6H6, dibasakan dengan NH4OH hingga pH 8,5-9,0 dan diekstraksi dengan untuk menghasilkan sekitar 700 gr produk. Kemudian dipisahkan dengan ≤10%H2SO4 dalam etanol hingga pH 4,0-5,0, larutan ditaburi dengan vinblastin sulfat dan menambahkan 20-100 gr garam sulfat yang jika dilakukan kromatografi menghasilkan 13-63 gr I sulfat, 5-17 gr leurosin dan 0,3-1,5 g leurokristine sulfat.
Produksi senyawa aktif tapak dara dapat dilakukan secara invitro. Kultur suspensi sel dapat dilakukan pada medium. Gramborg B5 atau medium LS yang mengandung 2 mg/l asam naftalen asetat, 0,2 mg/l kinetin, dan 30 g/l sukrosa dengan suhu 250 C dan pengocokan konstan. Kultur suspensi sel tapak dara menghasilkan berbagai macam alkaolid monoterpen. Alkaloid pada akar dan kultur tunas sama dengan bagian aerial tanaman. Ajmalisin, serpentin dan dan katantin merupakan senyawa mayor. Serpentin yang dihasilkan melalui kutur sel sebanyak 2 %, lebih banyak daripada seluruh bagian tanaman yang hanya 0,3 %.
Alkaloid vinblastin dan vinkristin biasanya tidak terdeteksi pada kultur sel sehingga fokus produksi beralih pada katarantin dan vindolin yang dipergunakan sebagai prekursor pada sintesis tersebut. Walaupun demikian, percobaan produksi vindolin terlihat tidak stabil pada kultur sel. Rendaknya akumulasi vindolin dalam kutur sel berhubungan dengan rendahnya ekspresi enzim yang mengkatalisis pada akhir tahap biosintesia vindolin diinduksi. Kultur tunas dari tanaman bibit memproduksi vindolin dan katarantin pada level tinggi. Medium Murashige dan Skoog tersuplementasi denagn 7 mg/l benziladenin dan 1 mg/l asam α-naftalen asetat menstimulasi kuat pembentukan tunas sedangakan medium yang tersuplementasi dengan 2,4 asam diklorofenoksiasetat menekan pembentukan tunas.
Metode lainnya untuk memprodukasi vindolin yaitu dengan kultur akar berambut pilihan. Ini dapat dilakuakn dengan cara menginfeksi bibit dengan Agrobacterium rhizogenes. Beberapa klon tidak hanya menunjukkan adanya produksi ajmalisin, serpentin dan katarantin tapi juga vindolin yang jumlahnya 3 kali lipat daripada kultur suspensi sel. Senyawa 3’,4’-anhidrovinblastin adalah zat antara utama pada kopling antara katarantin dan vindolin membentuk vinblastin (vinkaleukoblastin = VLB). Senyawa ini berhasil diisolasi dari tanaman segar maupun dari kultur suspensi sel dan pembentukannya dari monomer dipercepat oleh isozim peroksidase yang diisolasi dari kultur suspensi sel Catharanthus roseus dan juga dari peroksidase lobak. Karena jumlahnya sangat sedikit (di dalam simplisia hanya 0,0002%), dibutuhkan sangat banyak bahan untuk diisolasi (untuk memperoleh 1 gram alkaloid murni vinkristin dibutuhkan 500 kg bahan kering) Selain itu, dilaporkan bahwa dari bunganya juga berhasil diisolasi alkaloid indol.
1.     Biologi
a.    Pemeriksaan makroskopik
Helaian daun berwarna hijau, bentuk memanjang atau bundar telur, panjang 2,5-9 cm, lebar 1,5-2,5 cm, ujung daun terdapat bagian meruncing kecil, pangkal daun runcing ada juga yang tumpul atau membundar tepi daun rata, permukaan atas agak mengkilat, pada kedua permukaan terutama permukaan bawah terdapat rambut-rambut halus. Tulang daun menyirip, tulang daun utama menonjol ke bagian permukaan bawah daun. Tangkai daun pendek.
b.    Pemeriksaan mikroskopik
Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas dan bawah terdiri dari satu lapis sel bentuk empat persegi panjang, kutikula tipis; pada pengamatan paradermal tampak sel epidermis atas bentuk polygonal dengan dinding antiklinal rata, epidermis bawah dengan dinding antiklinal berkelok. Stomata terdapat pada kedua epidermis, lebih banyak terdapat pada epidermis bawah, tipe anomositik. Terdapat rambut penutup berbentuk kerucut panjang dengan kutikula tebal, bersel 1 sampai 4, ada juga rambut pendek dengan ujung tumpul. Mesofil meliputi jaringan palisade terdiri dari satu lapis sel berbentuk silindrik panjang, jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel bentuk bundar atau lonjong, banyak rongga udara terdapat sel getah dan trakea dengan penebalan bentuk spiral. Pada tulang daun terdapat berkas pembuluh tipe bikolateral, di bagian bawah berkas pembuluh terdapat serabut berdinding tebal dan berlignin; kolenkim terdapat di bagian bawah parenkim tulang daun.
Serbuk berwarna hijau. Fragmen pengenal adalah fragmen epidermis atas bentuk polygonal, fragmen epordermis bawah dengan dinding antiklinal berkelok, stomata tipe anomositik, rambut penutup, sel getah, fragmen pembuluh dengan penebalan bentuk spiral.
c.    Organoleptik
Ciri-ciri dari Vinca adalah antara lain : memiliki batang yang berbentuk bulat dengan diameter berukuran kecil, berkayu, beruas dan bercabang serta berambut. Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau dan diklasifikasikan berdaun tunggal. Bunganya yang indah menyerupai terompet dengan permukaan berbulu halus. Tapakdara juga memiliki rumah biji yang berbentuk silindris menggantung pada batang. Tapak dara memiliki bau yang khas.
2.    Kimia
a.    Kandungan kimia dari tapak dara
Tapak dara mengandung zat alkaloid, diantaranya vinkristin, vinrosidin, vinblastin (vin-caleopoblastin), dan vinleurosin. Vindolin, sejenis alkaloid lain yang berbentuk metal ester dari asam karboksilat aspidos-permidin yang dikandung oleh tanaman ini mampu menurunkan kadar gula dalam darah. Oleh karena itu, tanaman ini berkhasiat untuk menyembuhkan kencing manis (Diabetes mellitus).
b.    Pereaksi warna
Identifikasi kimia serbuk daun tapak dara dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut ini cara identifikasinya.
1.     Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes H2SO4 pekat; terjadi warna coklat kemerahan.
2.    Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes HCl pekat; terjadi warna hijau kekuningan
3.    Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes CH3COOH pekat; terjadi warna hijau kekuningan
4.    Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes HNO3 P 25 % v/v; terjadi warna coklat
5.    Pada 500 mg serbuk daun maserasi dengan 10 ml eter selama 2 jam saring. Uapkan filtrate dengan cawan penguap, pada residu tambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat pekat dan 1 tetes asam sulfat pekat; terjadi warna hijau ungu.
6.    Timbang 500 mg serbuk daun tambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air, panaskan di atas penangas air selam 2 menit, dinginkan dan saring. Filtrat dikocok dengan 3 ml ammonia P dan 10 ml campuran 3 bagian eter P dan 1 bagian kloroform P. Ambil fase organik, tambahkan natrium sulfat anhidrat P, saring. Uapkan filtrate di atas penangas air, residu larutan dengan methanol secukupnya hingga diperoleh 5 ml larutan. Pada titik l larutan di atas, pada titikmpertama dari lempeng KLT tutulkan 20  l larutan pembanding striknina nitrat dalam metanolmkedua tutulkan 10 P.elusi dengan campuran : kloroform P-dietilamin P (90+10) dengan jarak rambat 15 cm, amati dengan sinar biasa dan sinar ultraviolet 366 nm. Semprot lempeng dengan Dragendorff LP, amati dengan sinar biasa dan sinar ultraviolet 366 nm. Pada kromatogram tampak bercak dengan warna dan hRx sebagai berikut:
No hRx Dengan sinar biasa Dengan sinar UV 366 nm
Tanpa reaksi Dengan pereaksi Tanpa reaksi Dengan pereaksi
1 4-8 kuning jingga kuning -
2 8-10 kuning jingga merah jingga -
3 10-15 kuning jingga Biru ungu -
4 19-24 - jingga kuning -
5 24-28 - jingga kuning -
6 29-33 - - ungu ungu
7 55-59 Kuning muda jingga - -
8 64-69 - jingga kuning -
9 85-89 kuning - biru -
10 96-102 kuning jingga ungu -
11 102-106 kuning jingga kuning -
Catatan : harga h Rx dihitung terhadap bercak jingga dari kromatogram pembanding striknina nitrat. Harga bercak berwarna jingga lebih kurang 87
c.    Pereaksi pengendapan
Uji Alkaloid pada daun tapak dara
-      Lapisan jernih + pereaksi Mayer terbentuk endapan putih
-      Lapisan jernih + pereaksi Dragendrof terbentuk endapan merah jingga
-      Lapisan jernih + pereaksi Wagner terbentuk endapan coklat
d.    Kadar sari, kadar abu
Standarisasi Tumbuhan tapak dara (Chatarantus roseus) :
-      Kadar abu tidak lebih dari 6%
-      Kadar sari tidak kurang dari 0,2%
3.    Fisika
Indeks bias
           Alat pengukuran indeks bias adalah refractomer optical Bellingham and Stanley Abbe 60. Tidak ditemukan kecendrungan tertentu antara kenaikan indeks bias dengan Antidiabetes dari ekstrak. Namun, proses ekstraksi dapat menaikkan nilai indeks bias dari pelarutnya.









BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tapak dara mengandung zat alkaloid, diantaranya vinkristin, vinrosidin, vinblastin (vin-caleopoblastin), dan vinleurosin. Vindolin, sejenis alkaloid lain yang berbentuk metal ester dari asam karboksilat aspidos-permidin yang dikandung oleh tanaman ini mampu menurunkan kadar gula dalam darah. Oleh karena itu, tanaman ini berkhasiat untuk menyembuhkan kencing manis (Diabetes mellitus).
Standarisasi Tumbuhan tapak dara (Chatarantus roseus) :
-    Kadar abu tidak lebih dari 6%
-    Kadar sari tidak kurang dari 0,2%








DAFTAR ISI
Mursito, Bambang. 2002. “ Tanaman Obat Berkhasiat Obat”. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes. 2006. “ Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus”. Depkes RI : Jakarta.

Hayati. September 2002. “Peningkatan Kandungan Katarantin pada Kultur Kalus Catharanthus roseus dengan Pemberian Naphtalene Acetic Acid”. Universitas Sangratulangi : Manado.

Lhitasha. 15 April 2012. “www. Catharanthus roseus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar