UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
TUGAS
Obat Asli Indonesia
Chataranthus
roseus Digunakan dalam Pengobatan Diabetes
Mellitus
Oleh :
NAMA :
NURUL INAYAH
STAMBUK : 150
209 112
KELAS/KELOMPOK : W_2 “09”/LIMA
(V)
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diabetes
Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolism
kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
disertai dengan gangguan metabolism karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat
disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta
Langerhans kelenjar pancreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel
tubuh terhadap insulin.
Tanda awal yang
dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat
langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula
dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita
kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung
atau dikerubuti semut. Penyakit diabetes
terdapat pada sekitar 1% wanita usia reproduksi dan 1–2% diantaranya akan menderita
diabetes gestasional.
Tentunya banyak sekali jenis pengobatan diabetes mellitus, tetapi
tidak dipungkiri bahwa pengobatan tersebut apakah cocok dengan daya tahan tubuh
kita ? Mungkin ada yang cocok dan ada pula yang tidak.
Diabetes menjadi
salah satu penyakit yang menjadi momok didunia saat ini, karena itu para ahli
terus mengembangkan berbagai macam metode pengobatan, salah satunya adalah
penggunaan bahan –bahan alam atau herbal yang menjadi trend saat ini .
Berikut beberapa tanaman obat atau
herbal untuk mengobati diabetes, antara lain : tapak dara, brotowali, pare,
kulit manggis dan lain-lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tapak dara (Chatarantus roseus) sebagai Obat Diabetes Mellitus
Tanaman ini mempunyai reputasi sebagai
obat tradisional penyakit diabetes, tetapi kemudian khasiat ini tidak dapat
dibuktikan, bahkan peneliti Kanada (1955-1960) menemukan bahwa ekstrak daunnya
menyebabkan leukopenia pada tikus. Pengamatan ini memberi inspirasi kepada
peneliti di Eli Lilly and Company untuk menyelidiki tanaman ini secara intensif
khususnya khasiat dari isolasinya untuk terapi kanker. Dari usaha ini,
ditemukan 6 alkaloid yang sekarang telah diperdagangkan.
Catahranthus adalah contoh tanaman yang
diperkenalkan ke dalam dunia kedokteran melalui senyawa murni yang diisolasi
dan bukan sediaan galeniknya. Selain dari daun, dari akarnya pun telah berhasil
diisolasi 90 jenis alkaloid indol beberapa diantaranya seperti ajmalisin,
loknerin, serpentin dan tetrahidroalstonin, yang ditemukan di dalam genus lain
tetapi masih dalam suku yang sama. Yang sangat menarik adalah ada segolongan
alkaloid dimer yang mempunyai aktivitas antineoplastik diantaranya leurokristin
(Vinkristin=LC) dan vinkaleukoblastin (vinblastin). Vinblastin tersusun dari
komponen alkaloid indol katarantin dan alkaolid dihidroindol vindolin. Keduanya
terdapat bebas diantara tanaman. Karena alkaloid tersebut dibutuhkan untuk
pengobatan, akhirnya diproduksi secara komersial. Contoh obat yang memanfaatkan
alkaloid Catharanthus roseus yaitu Velban® (Vinkristin sulfat) dan Oncovin®
(Vindesin). Dan juga ditemukan jenis alkaloid lain yang berbentuk metal ester
dari asam karboksilat aspidos-permidin, dikenal dengan vindolin. Kandungan
kimia ini, didapatkan mampu menurunkan kadar gula dalam darah.
B. Simplisia
Simplisia tapak dara
yang digunakan untuk pengobatan Diabetes Mellitus adalah daunnya baik dalam
bentuk yang sudah kering, maupun yang mesih segar. Daun tapak dara direbus
dengan 3 gelas air sampai mendidih dan menyisakan 2 gelas.
C. Ekstrak
Catharanthus roseus adalah contoh tanaman obat
yang baru diperkenalkan beberapa tahun terakhir dan biasa digunakan untuk
isolasi substansi murni daripada preparat galenik. Ekstraksi sampel Catharantus
roseus dengan 90 aquaeous metanol menghasilkan ekstrak kotor yang mengandung 70
% campuran vinblastin, leurosin, dan leurokristin yang lebih cepat dimurnikan
dengan kristalisasi garam sulfat dalam etanol dan akhirnya
konstituen-konstituen dipisahkan secara kromatografi. 100 kg bahan kering
diekstraksi dengan 1400 l.90 aquaeous metanol, ekstrak dikonsentrasikan hingga
140-50 l, diasamkan dengan H2SO4 hingga pH 2, disaring, diekstraksi dengan
C6H6, dibasakan dengan NH4OH hingga pH 8,5-9,0 dan diekstraksi dengan untuk
menghasilkan sekitar 700 gr produk. Kemudian dipisahkan dengan ≤10%H2SO4 dalam
etanol hingga pH 4,0-5,0, larutan ditaburi dengan vinblastin sulfat dan
menambahkan 20-100 gr garam sulfat yang jika dilakukan kromatografi
menghasilkan 13-63 gr I sulfat, 5-17 gr leurosin dan 0,3-1,5 g leurokristine
sulfat.
Produksi senyawa aktif tapak dara dapat dilakukan
secara invitro. Kultur suspensi sel dapat dilakukan pada medium. Gramborg B5
atau medium LS yang mengandung 2 mg/l asam naftalen asetat, 0,2 mg/l kinetin,
dan 30 g/l sukrosa dengan suhu 250 C dan pengocokan konstan. Kultur suspensi
sel tapak dara menghasilkan berbagai macam alkaolid monoterpen. Alkaloid pada
akar dan kultur tunas sama dengan bagian aerial tanaman. Ajmalisin, serpentin
dan dan katantin merupakan senyawa mayor. Serpentin yang dihasilkan melalui
kutur sel sebanyak 2 %, lebih banyak daripada seluruh bagian tanaman yang hanya
0,3 %.
Alkaloid vinblastin dan vinkristin biasanya tidak
terdeteksi pada kultur sel sehingga fokus produksi beralih pada katarantin dan
vindolin yang dipergunakan sebagai prekursor pada sintesis tersebut. Walaupun
demikian, percobaan produksi vindolin terlihat tidak stabil pada kultur sel.
Rendaknya akumulasi vindolin dalam kutur sel berhubungan dengan rendahnya
ekspresi enzim yang mengkatalisis pada akhir tahap biosintesia vindolin
diinduksi. Kultur tunas dari tanaman bibit memproduksi vindolin dan katarantin
pada level tinggi. Medium Murashige dan Skoog tersuplementasi denagn 7 mg/l
benziladenin dan 1 mg/l asam α-naftalen asetat menstimulasi kuat pembentukan
tunas sedangakan medium yang tersuplementasi dengan 2,4 asam
diklorofenoksiasetat menekan pembentukan tunas.
Metode lainnya untuk memprodukasi vindolin yaitu
dengan kultur akar berambut pilihan. Ini dapat dilakuakn dengan cara
menginfeksi bibit dengan Agrobacterium rhizogenes. Beberapa klon tidak hanya
menunjukkan adanya produksi ajmalisin, serpentin dan katarantin tapi juga
vindolin yang jumlahnya 3 kali lipat daripada kultur suspensi sel. Senyawa
3’,4’-anhidrovinblastin adalah zat antara utama pada kopling antara katarantin
dan vindolin membentuk vinblastin (vinkaleukoblastin = VLB). Senyawa ini
berhasil diisolasi dari tanaman segar maupun dari kultur suspensi sel dan
pembentukannya dari monomer dipercepat oleh isozim peroksidase yang diisolasi
dari kultur suspensi sel Catharanthus roseus dan juga dari peroksidase lobak.
Karena jumlahnya sangat sedikit (di dalam simplisia hanya 0,0002%), dibutuhkan
sangat banyak bahan untuk diisolasi (untuk memperoleh 1 gram alkaloid murni
vinkristin dibutuhkan 500 kg bahan kering) Selain itu, dilaporkan bahwa dari
bunganya juga berhasil diisolasi alkaloid indol.
1. Biologi
a. Pemeriksaan makroskopik
Helaian daun berwarna hijau, bentuk
memanjang atau bundar telur, panjang 2,5-9 cm, lebar 1,5-2,5 cm, ujung daun
terdapat bagian meruncing kecil, pangkal daun runcing ada juga yang tumpul atau
membundar tepi daun rata, permukaan atas agak mengkilat, pada kedua permukaan
terutama permukaan bawah terdapat rambut-rambut halus. Tulang daun menyirip,
tulang daun utama menonjol ke bagian permukaan bawah daun. Tangkai daun pendek.
b. Pemeriksaan mikroskopik
Pada penampang melintang melalui tulang
daun tampak epidermis atas dan bawah terdiri dari satu lapis sel bentuk empat
persegi panjang, kutikula tipis; pada pengamatan paradermal tampak sel
epidermis atas bentuk polygonal dengan dinding antiklinal rata, epidermis bawah
dengan dinding antiklinal berkelok. Stomata terdapat pada kedua epidermis,
lebih banyak terdapat pada epidermis bawah, tipe anomositik. Terdapat rambut
penutup berbentuk kerucut panjang dengan kutikula tebal, bersel 1 sampai 4, ada
juga rambut pendek dengan ujung tumpul. Mesofil meliputi jaringan palisade
terdiri dari satu lapis sel berbentuk silindrik panjang, jaringan bunga karang
terdiri dari beberapa lapis sel bentuk bundar atau lonjong, banyak rongga udara
terdapat sel getah dan trakea dengan penebalan bentuk spiral. Pada tulang daun
terdapat berkas pembuluh tipe bikolateral, di bagian bawah berkas pembuluh
terdapat serabut berdinding tebal dan berlignin; kolenkim terdapat di bagian
bawah parenkim tulang daun.
Serbuk berwarna hijau. Fragmen pengenal
adalah fragmen epidermis atas bentuk polygonal, fragmen epordermis bawah dengan
dinding antiklinal berkelok, stomata tipe anomositik, rambut penutup, sel
getah, fragmen pembuluh dengan penebalan bentuk spiral.
c. Organoleptik
Ciri-ciri dari Vinca adalah
antara lain : memiliki batang yang berbentuk bulat dengan diameter berukuran
kecil, berkayu, beruas dan bercabang serta berambut. Daunnya berbentuk bulat
telur, berwarna hijau dan diklasifikasikan berdaun tunggal. Bunganya yang indah
menyerupai terompet dengan permukaan berbulu halus. Tapakdara juga memiliki
rumah biji yang berbentuk silindris menggantung pada batang. Tapak dara
memiliki bau yang khas.
2. Kimia
a. Kandungan kimia dari tapak dara
Tapak dara mengandung
zat alkaloid, diantaranya vinkristin, vinrosidin, vinblastin
(vin-caleopoblastin), dan vinleurosin. Vindolin, sejenis alkaloid lain yang
berbentuk metal ester dari asam karboksilat aspidos-permidin yang dikandung
oleh tanaman ini mampu menurunkan kadar gula dalam darah. Oleh karena itu,
tanaman ini berkhasiat untuk menyembuhkan kencing manis (Diabetes mellitus).
b. Pereaksi
warna
Identifikasi
kimia serbuk daun tapak dara dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut ini
cara identifikasinya.
1. Pada
2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes H2SO4 pekat; terjadi warna coklat kemerahan.
2. Pada
2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes HCl pekat; terjadi warna hijau kekuningan
3. Pada
2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes CH3COOH pekat; terjadi warna hijau
kekuningan
4. Pada
2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes HNO3 P 25 % v/v; terjadi warna coklat
5. Pada
500 mg serbuk daun maserasi dengan 10 ml eter selama 2 jam saring. Uapkan
filtrate dengan cawan penguap, pada residu tambahkan 2 tetes asam asetat
anhidrat pekat dan 1 tetes asam sulfat pekat; terjadi warna hijau ungu.
6. Timbang
500 mg serbuk daun tambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air, panaskan di
atas penangas air selam 2 menit, dinginkan dan saring. Filtrat dikocok dengan 3
ml ammonia P dan 10 ml campuran 3 bagian eter P dan 1 bagian kloroform P. Ambil
fase organik, tambahkan natrium sulfat anhidrat P, saring. Uapkan filtrate di
atas penangas air, residu larutan dengan methanol secukupnya hingga diperoleh 5
ml larutan. Pada titik l larutan di atas, pada titikmpertama dari lempeng KLT tutulkan
20 l larutan pembanding striknina nitrat
dalam metanolmkedua tutulkan 10
P.elusi dengan campuran : kloroform P-dietilamin P (90+10) dengan jarak rambat
15 cm, amati dengan sinar biasa dan sinar ultraviolet 366 nm. Semprot lempeng
dengan Dragendorff LP, amati dengan sinar biasa dan sinar ultraviolet 366 nm.
Pada kromatogram tampak bercak dengan warna dan hRx sebagai berikut:
No
hRx Dengan sinar biasa Dengan sinar UV 366 nm
Tanpa reaksi Dengan pereaksi Tanpa reaksi Dengan pereaksi
1 4-8 kuning jingga kuning -
2 8-10 kuning jingga merah jingga -
3 10-15 kuning jingga Biru ungu -
4 19-24 - jingga kuning -
5 24-28 - jingga kuning -
6 29-33 - - ungu ungu
7 55-59 Kuning muda jingga - -
8 64-69 - jingga kuning -
9 85-89 kuning - biru -
10 96-102 kuning jingga ungu -
11 102-106 kuning jingga kuning -
Catatan : harga h Rx dihitung terhadap bercak jingga dari kromatogram pembanding striknina nitrat. Harga bercak berwarna jingga lebih kurang 87
Tanpa reaksi Dengan pereaksi Tanpa reaksi Dengan pereaksi
1 4-8 kuning jingga kuning -
2 8-10 kuning jingga merah jingga -
3 10-15 kuning jingga Biru ungu -
4 19-24 - jingga kuning -
5 24-28 - jingga kuning -
6 29-33 - - ungu ungu
7 55-59 Kuning muda jingga - -
8 64-69 - jingga kuning -
9 85-89 kuning - biru -
10 96-102 kuning jingga ungu -
11 102-106 kuning jingga kuning -
Catatan : harga h Rx dihitung terhadap bercak jingga dari kromatogram pembanding striknina nitrat. Harga bercak berwarna jingga lebih kurang 87
c. Pereaksi
pengendapan
Uji
Alkaloid pada daun tapak dara
- Lapisan
jernih + pereaksi Mayer terbentuk endapan putih
- Lapisan
jernih + pereaksi Dragendrof terbentuk endapan merah jingga
- Lapisan
jernih + pereaksi Wagner terbentuk endapan coklat
d. Kadar
sari, kadar abu
Standarisasi
Tumbuhan tapak dara (Chatarantus roseus)
:
- Kadar abu
tidak lebih dari 6%
- Kadar
sari tidak kurang dari 0,2%
3. Fisika
Indeks bias
Alat
pengukuran indeks bias adalah refractomer optical Bellingham and Stanley Abbe
60. Tidak ditemukan kecendrungan tertentu antara kenaikan indeks bias dengan
Antidiabetes dari ekstrak. Namun, proses ekstraksi dapat menaikkan nilai indeks
bias dari pelarutnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tapak
dara mengandung zat alkaloid, diantaranya vinkristin, vinrosidin, vinblastin
(vin-caleopoblastin), dan vinleurosin. Vindolin, sejenis alkaloid lain yang
berbentuk metal ester dari asam karboksilat aspidos-permidin yang dikandung
oleh tanaman ini mampu menurunkan kadar gula dalam darah. Oleh karena itu,
tanaman ini berkhasiat untuk menyembuhkan kencing manis (Diabetes mellitus).
Standarisasi
Tumbuhan tapak dara (Chatarantus roseus)
:
- Kadar abu
tidak lebih dari 6%
- Kadar
sari tidak kurang dari 0,2%
DAFTAR ISI
Mursito,
Bambang. 2002. “ Tanaman Obat Berkhasiat Obat”. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ditjen
Bina Kefarmasian dan Alkes. 2006. “ Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes
Mellitus”. Depkes RI : Jakarta.
Hayati.
September 2002. “Peningkatan Kandungan
Katarantin pada Kultur Kalus Catharanthus roseus dengan Pemberian Naphtalene
Acetic Acid”. Universitas
Sangratulangi : Manado.
Lhitasha.
15 April 2012. “www. Catharanthus roseus”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar