Kamis, 26 April 2012

prospek pengembangan tapak dara


BAB I
PENDAHULUAN
Prospek pengembangan tanaman obat sangat cerah pada masa mendatang ditinjau dari pelbagai faktor penyokong. Antara faktor penyokongnya sebagai berikut: tersedianya sumber kekayaan alam Indonesia dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia, sejarah pengobatan tradisional yang telah dikenal lama oleh nenek moyang dan diamalkan secara turun temurun sehingga menjadi warisan budaya bangsa, isu global “back to nature” sehingga meningkatkan pasar produk herbal termasuk Indonesia, krisis moneter menyebabkan pengobatan tradisional menjadi pilihan utama bagi sebahagian besar masyarakat dan kebijakan pemerintah berupa pelbagai peraturan perundangan yang menunjukkan perhatian serius bagi pengembangan tanaman obat. Pengembangan tanaman obat memiliki arti yang sangat luas.
Contoh tanaman obat yang banyak di temukan di Indonesia adalah tanaman tapak dara (Catharanthus roseus), merupakan tanaman yang dapat difungsikan sebagai sumber bahan baku obat, selain itu dapat juga digunakan sebagai tanaman hias, sebagai toga, tanaman obat sebagai komoditi ekspor dan lain-lain. Melihat begitu besarnya potensi yang dimiliki oleh tanaman obat, hal ini menjadi peluang bagi setiap daerah untuk menjadikan tanaman obat sebagai salah satu prioritas dalam pembangunan sector ekonomi, sosial dan budaya. Pembentukan sentra budidaya tanaman obat merupakan langkah awal bagi mengembangkan tanaman obat. Salah  satu potensi yang amat besar adalah sumber kekayaan alami berupa tanam-tanaman yang dapat dikembangkan peran dan fungsinya secara luas. Dimana, kita bisa liat pada masa modern ini banyak masyarakat yang terkena berbagai macam penyakit, misalnya kanker, leukemia, diabetes dan sebagainya. Namun, salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai obat Diabetes mellitus adalah tanaman tapak dara (Catharanthus roseus).











BAB II
PEMBAHASAN
PROSPEK PENGEMBANGAN TAPAK DARA SEBAGAI
OBAT DIABETES MELLITUS
          Salah satu tanaman hias yang mengandung berbagai macam zat kimia dapat digunakan sebagai obat, yaitu tanaman tapak dara (Catharanthus roseus) dimana tanaman ini banyak mengandung zat alkaloid, diantaranya vinkristin, vinrosidin, vinblastin (vin-caleopoblastin), dan vinleurosin. Vindolin, sejenis alkaloid lain yang berbentuk metal ester dari asam karboksilat aspidos-permidin yang dikandung oleh tanaman ini mampu menurunkan kadar gula dalam darah. Oleh karena itu, tanaman ini berkhasiat untuk menyembuhkan kencing manis (Diabetes mellitus).
a.      Tanaman hias berkhasiat sebagai obat
Tapak dara memiliki banyak warna bunga, seperti warna putih, ungu, jingga, atau paduan warna tersebut. Karena bunganya yang banyak, maka tanaman tapak dara selalu tampak semarak. Pesona tapak dara semakin lengkap dengan warna daunnya yang hijau gelap agak mengkilap yang dihiasi alur-alur tulang yang jelas. Daun tersusun berhadapan pada tangkainya dan melingkari batang sedemikian rupa sehingga kalau dilihat dari atas tampak rimbun dan kontras dengan warna bunganya.
Tapi karena kandungan kimia yang dimiliki oleh bunga tapak dara (Catharanthus roseus), maka tanaman ini dapat digunakan sebagai bahan / simplisia yang dijadikan sebagai obat, misalnya kadungan kimia vindolin sejenis alkaloid lain yang berbentuk metal ester dari asam karboksilat aspidos-permidin yang dikandung oleh tanaman ini mampu menurunkan kadar gula dalam darah. Oleh karena itu, tanaman ini berkhasiat untuk menyembuhkan kencing manis (Diabetes mellitus).
b.     Tanaman obat sebagai komoditi ekspor
Peningkatan ekspor bahan baku biofarmaka ke berbagai negara tujuan cukup meningkat sejalan dengan meningkatnya industri-industri farmasi di dunia. Jenis Biofarmaka yang dominan diekspor adalah tapak dara (Catharanthus roseus), bagian tanaman yang biasanya digunakan adalah daun dan Negara tujua yang biasanya diekspor adalah Negara Amerika Serikat.
c.      Tanaman obat sebagai toga
Pemerintah telah menetapkan kebijakan dalam upaya pelayanan kesehatan yaitu Primary Health Care (PHC) sebagai strategi untuk mencapai derajat kesehatan optimal masyarakat melalui penerapan teknologi tepat guna dan peran serta masyarakat. Upaya pengobatan tradisional dengan tanaman obat merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dan penerapan teknologi tepat guna yang potensial untuk menunjang pembangunan kesehatan. Dalam konteks implementasi praktis, setiap keluarga di Propinsi NAD dapat membudidayakan tanaman obat keluarga (TOGA) secara mandiri dan memanfaatkannya sehingga akan terwujud prinsip kemandirian dalam pengobatan keluarga. Selain daripada itu, TOGA dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki gizi keluarga mengingat jenis tanaman obat dapat berupa sayuran dan buah-buahan. TOGA adalah singkatan dari tanaman obat keluarga, yaitu perbagai jenis tanaman yang dibudidayakan baik di halaman, pekarangan rumah, ladang atau di kebun. Tanaman tersebut sebagai Apotek Hidup yang dapat memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Jenis tanaman yang dibudidayakan sebagai TOGA adalah tanaman yang tidak memerlukan perawatan khusus, tidak mudah diserang hama penyakit, bibitnya mudah didapat, mudah tumbuh dan tidak termasuk jenis tanaman terlarang dan berbahaya/beracun. Pemanfaatan TOGA lazimnya untuk pengobatan gangguan kesehatan keluarga menurut gejala-gejala umum seperti demam panas, batuk, sakit perut, gatal-gatal. Departemen kesehatan RI dalam buku “Pemanfaatan Tanaman Obat” telah menentukan jenis tanaman yang lazim di tanam di pekarangan rumah (terlampir). Pemerintah Propinsi NAD melalui instansi terkait seperti Dinas Kesehatan dengan kerjasama PKK dapat melakukan sosialisasi terhadap program TOGA bagi menunjang upaya peningkatan kesehatan oleh masyarakat secara optimal.
Salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat keluarga yaitu tapak dara (Catharantus rosesus), karena memiliki banyak khasiat diantaranya sebagai obat diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, leukemia, asma, bronchitis, demam, radang perut, desentri, kurang darah, tangan gemetar, gondong bengkak, bisul, borok, luka bakar dan luka baru. Dimana, penyakit-penyakit ini, umum ditemukan di masyarakat.
d.    Tanaman obat sebagai agromedicin
Sejarah pengobatan tradisional yang telah dikenal sejak lama sebagai warisan budaya dan tetap diteruskan sehingga kini menjadi potensi dan modal dasar untuk mengembangkan obatobat tradisional yang berasal dari tanaman. Menurut WHO, diperkirakan sekitar 4 milyar penduduk dunia (± 80%) menggunakan obat-obatan yang berasal dari tanaman. Bahkan banyak obat-obatan modern yang digunakan sekarang ini berasal dan dikembangkan dari tanaman obat. WHO mencatat terdapat 119 jenis bahan aktif obat modern berasal dari tanaman obat.


BAB III
KESIMPULAN
Prospek pengembangan tanaman tapak dara (Catharanthus roseus)sebagai obat tradisional dimana tanaman ini banyak ditemukan di lingkungan sekitar, baik sebagai tanaman hias. Namun, karena tanaman ini memiliki banyak kandungan kimia, maka tanaman ini banyak digunakan sebagai tanaman obat, sebagai toga, bahkan tanaman ini dapat diekspor ke luar negeri, misalnya ke Negara Amerika Serikat.
Tapak dara mengandung zat alkaloid, diantaranya vinkristin, vinrosidin, vinblastin (vin-caleopoblastin), dan vinleurosin. Vindolin, sejenis alkaloid lain yang berbentuk metal ester dari asam karboksilat aspidos-permidin yang dikandung oleh tanaman ini mampu menurunkan kadar gula dalam darah. Oleh karena itu, tanaman ini berkhasiat untuk menyembuhkan kencing manis (Diabetes mellitus). Selain itu, tanaman ini dapat digunakan sebagai obat tekanan darah tinggi, leukemia, asma, bronchitis, demam, radang perut, desentri, kurang darah, tangan gemetar, gondong bengkak, bisul, borok, luka bakar dan luka baru.
 



DAFTAR PUSTAKA
Mursito, Bambang. 2002. “Tanaman Hias Berkhasiat Obat”. Penebar Swadaya : Jakarta.

Kintoko. 2006. “Prospek Pengembangan Tanaman Obat”. Pensyarah Bidang Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Universitras Ahmad Dahlan: Jogjakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar